Kabar buruk, Kabar baik dan Oleh-oleh

Ada dua kabar saya hari ini. Kabar baik dan kabar buruk. Saya mulai dari yang buruk saja. Kemarin saya mengutuki diri sendiri. Rencananya akan ke Chicago, menonton konser musik internasional. Memang selama musim panas ini ada banyak konser beragam jenis musik di Chicago, hampir setiap hari. Yang terpenting: gratis!…he..he. Sudah sejak bulan Mei ketika menerima booklet program acara kota Chicago selama musim panas, saya langsung mengagendakan nonton konser world music tanggal 23 Juni ini. Sungguh sial, mobil pagi-pagi rusak. Teman baik saya Jerry yang pandai memperbaiki mobil pulang ke Kanada, maka mau nggak mau saya harus ke bengkel. Namanya bengkel, antri. Rencana nonton konser world music di Chicago gagal total.

Padahal, saya ingin betul nonton dan membawa anak-anak. Dalam konser kemarin sore, pemerintah kota Chicago menghadirkan sebuah grup musik tradisional dari Bandung, namanya Samba Sunda. Pasti seru. Bahkan koran mahasiswa di kampus tempat saya kuliah dalam edisi minggu lalu, meng-highlight kehadiran grup Samba Sunda ini sebagai event yang harus ditonton. Sial sekali nasib saya kemarin. Padahal, pasti fun sekali menonton musik Sunda di taman kota Chicago.

Sekali waktu, dalam sebuah buku tua yang saya digitalisasi di perpustakaan kampus tempat saya kerja part-time, saya menemukan sebuah berita mengenai World Fair di akhir tahun 1800-an di kota Chicago. Ada foto-foto yang sudah tua sekali. Ada foto rombongan Wayang Orang dari Jawa (ditulis datang dari East Indies). Ada caption di foto itu, yang mengatakan penampilan grup Wayang Orang itu selama World Fair tahun 1890-an itu sangat spektakuler.

Untung ada juga kabar baik. Tadi pagi saya menjemput seorang teman yang baru datang dari Jakarta di bandara O’Hare Chicago. Dia membawa titipan beberapa teman saya yang lain di Jakarta untuk saya.

Yang pertama, ada oleh-oleh martabak manis spesial. Uenaakkk tenan…. Waktu pulang ke Jakarta musim panas tahun lalu, saat kembali ke sini saya membawa banyak empek-empek. Saya tenteng-tenteng, untung lolos verifikasi makanan di bandara. Sekarang, martabak juga lolos. Mungkin kapan-kapan bisa coba bawa duren…he..he.

Kedua, dibawain buku Harry Potter edisi paling baru yang terbitan penerbit Bloomsbury Inggris yang banyak dijual di Jakarta. Ini pesenan istri saya, yang nge-fans betul buku-buku Harry Potter sejak jilid pertama dulu. Sebetulnya, istri saya sudah beli edisi terbaru Harry Potter and the Deathly Hallows terbitan penerbit Amerika. Malah ikut party waktu peluncuran buku itu beberapa hari lalu di toko buku Borders tepat jam 12 tengah malam. Pulangnya, langsung dia habiskan membacanya hingga tengah hari. Bener-bener deh, buku tebal ratusan halaman ditelan beberapa jam saja.

Alasan dia titip buku Harry Potter terbitan penerbit Inggris pada teman yang datang itu adalah cover-nya lebih bagus…he.he. Ada-ada saja. Memang sih, cover buku Harry Potter yang terbitan Amerika terlalu dry. Bagus juga, saya nggak perlu menunggu anak saya menyelesaikan lebih dulu buku itu, karena sekarang punya dua.

Ketiga, ada juga kiriman sepotong baju batik titipan Nico, teman kantor di CSIS. Tengkyu bung!

Keempat, nah ini asoy geboy. Nggak jadi nonton Samba Sunda di Chicago jadi terobati. Beberapa minggu lalu, teman saya Dicky Saelan nge-buzz di yahoomessenger. Dicky teman kuliah saya di Unpad bertahun-tahun lalu. Dia kasih selamat ulangtahun dan bilang mau kasih hadiah buat saya. Katanya, buat obat rindu mahasiswa di negeri orang dia mau kasih CD lagu-lagu Indonesia. Kebetulan ada teman di Jakarta yang akan ke sini, jadi bisa dititipkan. Tadi, titipan Dicky sudah saya terima dari teman saya.

Ada satu CD lagu-lagu kompilasi Benyamin Sueb yang fantastis itu…he..he. Kita semua tahu, Benyamin adalah seniman Betawi serba bisa dengan talenta yang belum ada duanya. Gaya-gaya lucu Benyamin langsung meruap dalam ingatan saya begitu mendengar CD ini barusan. Lagu-lagu macam Ondel-ondel, Superman, Tukang Kridit, Digebukin, sampai Kompor Meleduk terkumpul di CD ini. Malah ada bonus sisipan biografi dan cerita lengkap tentang setiap lagunya. Saya ingat gaya lucu Benyamin menyanyikan lagu Kompor Meleduk bersama Iwa K, penyanyi rap kondang itu, bertahun lalu disebuah acara musik yang ditayangkan RCTI. Menyegarkan.

CD yang lain adalah kumpulan lagu-lagu daerah/nasional berjudul From Indonesia With Love, yang terdiri dari dua CD. Lagu-lagu daerah diaransemen ulang oleh Elfa Secioria dan dinyanyikan dengan dahsyat oleh Elfa’s Singers. Mendengarkan dua CD ini, seperti tamasya musik nusantara. Lagu-lagu daerah dari Sabang sampai Merauke lengkap tersedia. Mulai dari Dago Inang Sarge (Tapanuli), Laruik Sanjo (Minang), Tokecang (Sunda), Jali-Jali (Betawi) hingga Cik Cik Periuk lengkap diaransemen ulang dan dinyanyikan dengan manis sekali. Ada lagu Bengawan Solo juga, dinyanyikan dengan gaya jazzy. Indah nian. Bener kata teman saya Dicky, CD Benyamin dan Elfa- nya dahsyat. Tengkyu bung…

Heran juga, kalau sedang di negeri orang, memang ada juga rasa rindu tanah air yang tidak bisa juga saya definisikan bagaimana rupanya. Waktu baru sampai di sini, berdekatan dengan malam kultural Asia Tenggara. Ada penampilan grup gamelan mahasiswa bule di kampus saya yang waktu itu tampil bagus sekali. Setelah malam itu, saya ikut mereka latihan main gamelan setiap minggu, karena ingin tahu. Sayang, cuma tahan beberapa kali ikut latihan, lalu saya berhenti. Kuliah padat sekali.
Malam itu, saya dan beberapa teman Indonesia sempat tampil juga, main angklung…he..he. Grup kami main angklung, orang Indonesia, sekitar 8 orang. Kami, orang Indonesia, malah baru pertama kali belajar angklung, dilatih oleh seorang profesor musik orang Amerika keturunan Taiwan yang bukan cuma mahir sekali memainkan beragam alat musik Nusantara, tapi juga Asia Tenggara. Mungkin inilah juga satu aspek globalisasi.

7 Tanggapan to “Kabar buruk, Kabar baik dan Oleh-oleh”

  1. Delianur Says:

    Kebetulan lagi free dan online nih jadi yang pertama comment ..

    Tentang Rindu kampung halaman.
    Pulang,sebagai manifestasi dari rindu kampung halaman, itu ternyata memang misteri. Walaupun kita sudah melanglangbuana ke negeri yang jauh lebih baik dari negeri kita, tetap aja kita pingin pulang. Makanya saya bisa faham kalau para narapidana politik yang lari ke negeri orang dan mengkritik negeri sendiri, tetap saja merasakan rindu terhadap kampung halamannya Indonesia yang lagi ancur-ancuran

    Cuman sayang, orang sering lupa kepada pulang yang satu. Pulang kehadirat Allah hehehe…

  2. Ap Says:

    Bung,
    kalo inget konsep ‘imagined community’-nya Ben Anderson, ini satu contohnya. Buat kita yang hidup di luar negeri, kecap bango, martabak manis, kaset warkop dll. adalah proxy kita atas konsep ‘Indonesia.’

  3. M Shodiq Mustika Says:

    Happy ending?
    Good.

  4. Fadli Says:

    http://mahmudiono.multiply.com/music/item/4645

  5. Dian Says:

    Iya betul kalau jauh rindu tanah air, kalau dekat menggerutu melulu… :-)

  6. ardi Says:

    sejauh bangau terbang tinggi akhirnya kan kembali lagi..dimana dia menetas & dibesarkan
    sebagai pengobat rindu…
    bawalah selalu
    aneka barang bikinan tanah airku
    seiring orang indonesia pada jadi perantau
    [ketajaman jiwa kewira usahaan]

    tak lekang akan pepatah melayu [emotikon]
    hujan emas di negeri orang
    hujan batu di negeri sendiri
    ku kan pilih d negeri sendiri

    tap ada yang lucu wal uniq lho dengan kebangsaanku ini …
    bagaimana para orang tua mensikapi arif menggambarkan perilaku anak cucunya kelak di kemudian hari, jauh dari amarah & cemas berlebihan, kegundahan hanya terungkap dalam pepatah, “anak sendiri dilepas, beruk di hutan di susukan” kalau
    bahasa susahnya itu kali disebut dampak “Globalisasi” ihik..ihik..ihiiik….

    walau kemampuan dan keterampilan boleh dilakukan oleh siapapun…
    bermain “jiwa dibelai rasa” hal paling tinggi dalam menikmati kesenian juga medium kerja apapun tak tergantikan ….hanya dimiliki & bbisa diasah oleh insan kesenian berasal.

  7. ardi Says:

    maaf ada kekeliruan pepatah…
    anak di pangkuan {bukan sendiri} dilepas, beruk di hutan disusukan….
    demikian peribahasa dibetulkan, kalau tidak guru bahasa indonesiaku bisa marah besar dan patik muridmoe ini mohon diampuni telah keliru mengeja pesan … Guruku.
    maafkanlah…

Tinggalkan Balasan ke ardi Batalkan balasan