Archive for Maret 15th, 2007

Indonesia Negeri Kaya Minyak?

Maret 15, 2007

Tadi siang saya dan seorang rekan mahasiswa Indonesia juga menghabiskan waktu di library kampus. Kami ambil meja di lantai empat, tempat koleksi Asia Tenggara berada. Dia ‘memuji-muji’ (atau komplain?…he..he) kurator baru untuk koleksi Asia Tenggara di kampus kami. Ya, kami punya kurator baru sejak beberapa bulan lalu, sementara kurator yang lama pindah ke Cornell.

Teman saya menunjukan sebuah koleksi baru di rak Asia Tenggara ini, yang saya nggak aware sebelumnya. Rupanya, kita punya koleksi majalah baru, Playboy Indonesia, lengkap dari edisi perdana. Nah, hebat juga kurator baru ini, tanggap betul dengan kontroversi di Indonesia…:-)

Jadi, tadi siang saya buka-buka lah majalah ini. Menurut saya kurang bagus. Bukan gambar-gambarnya, tapi tulisan-tulisan di dalamnya yang saya maksud… (lagi piktor purba alias pikiran kotor pura-pura baik…he..he).

Kelihatannya, lebih banyak tulisan terjemahan, dibandingkan tulisan dari para pengelola majalah itu sendiri. Di majalah Playboy yang asli, selalu ada banyak sekali tulisan-tulisan bernas. John Mearsheimer pakar politik internasional itu pernah muncul tulisannya. Juga pernah ada wawancara panjang dengan Jimmy Carter, mantan presiden Amerika itu. Ada teman yang cerita, di Ohio ada profesor yang membawa majalah Playboy ke kelas, membahas artikel yang ditulis serius dan bagus di dalamnya.

Memang di Playboy Indonesia ada juga interview dengan orang-orang yang hebat, misalnya Pramoedya Ananta Toer, Kaka Slank, juga kisah anak perempuan D.N Aidit ketua PKI yang ditembak mati tahun 1965 itu. Tapi, entah kenapa, rasanya wawancaranya kurang bernas. Baca-baca tulisan di dalam Playboy Indonesia tidak menarik, jadi bosan juga. Akhirnya saya baca majalah lain. Ada wawancara bagus di majalah Warta Ekonomi yang sangat menarik perhatian saya. Ini dia topik posting ini yang sebenarnya, saya bukan mau nulis soal Playboy Indonesia…kalo’ pinjem kata-kata si Tukul Arwana: katro lu!…he..he.

Ada wawancara bagus di majalah Warta Ekonomi (No.2/XIX, 22 Januari 2007). Wawancara dengan Yoga P. Suprapto, dia adalah Presiden Direktur PT. Badak NGL Bontang. PT Badak NGL ini adalah perusahaan gas bumi, kalau tidak salah anak perusahaan Pertamina. Soal pandangan Yoga Suprapto terhadap industri gas dan minyak bumi. Tempo hari saya pernah tulis mengenai resource curse (klik di sini bila berminat baca lagi). Wawancara di Warta Ekonomi ini adalah dimensi lain dari resource curse itu.

Saya catat bagian menarik dari wawancara itu:

“Awalnya ia sama sekali tak menyangka industri gas akan booming. Ini karena industri gas pada mulanya hanya dipandang sebelah mata. Yoga menyebut era gas merupakan energi antara dari era minyak sebelum menuju era energi alternatif, seperti biofuel dan biodiesel. Dengan konsumsi saat ini, Yoga memperkirakan cadangan minyak Indonesia tinggal bertahan 20-25 tahun lagi. Sementara itu, cadangan gas ia prediksi masih akan bertahan sekitar 50 tahun.

Menurut Yoga, cadangan minyak Indonesia hanya 0,5 persen dari cadangan minyak dunia. Adapun posisi cadangan gas masih lebih baik, yaitu 1,5 persen dari cadangan gas dunia. ‘Jadi sangat salah jika Indonesia disebut negeri kaya minyak, pernyataan itu menyesatkan karena membuat kita menjadi tidak hemat energ’, sesal Yoga.

Memang jika dibandingkan dengan Malaysia atau Thailand cadangan minyak dan gas Indonesia masih lebih banyak. ‘Namun, kita harus sadar bahwa minyak Malaysia hanya dikonsumsi oleh sekitar 20 juta orang, Thailand 17 juta orang, sedangkan Indonesia oleh lebih dari 200 juta’, tegas ayah tiga orang anak ini. Bahkan, lanjutnya, boleh dikatakan sejak tahun 2004 Indonesia sudah mengalami krisis energi minyak. ‘Buktinya, kita tak lagi menjadi eksportir minyak, tetapi importir’.”

Begitulah, memang negeri kita perlu memikirkan ulang banyak hal yang selama ini taken for granted.